BAB I
PENDAHULUAN
Perjalanan
malam (Isrâ) dan naik ke langit (Mi’râj) melahirkan berbagai tafsiran, baik
ketika Nabi mengisahkan kejadian itu maupun saat ini dikalangan ulama. Ketika
Muhammad pergi ke Ka’bah dan menceritakan pengalamannya, ejekan, tawa, dan
hinaan segera bermunculan. Orang Quraisy percaya bahwa akhirnya mereka memiliki
bukti bahwa orang yang mengaku Nabi ini sesungguhnya orang gila, karena ia
telah berani mengklaim telah melakukan perjalan ke Yerusalem dalam satu malam
(yang biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu), dan lebih dari itu, juga
telah dibawa ke hadapan Tuhannya Yang Maha Esa. Kegilaannya tampak nyata.
Pengalaman
Isrâ yang diceritakan dalam kitab-kitab klasik tentang kehidupan Nabi sebagai
sebuah hadiah dari Tuhan dan penobatan untuk Rasul pilihan (Al-Musthafa),
merupakan cobaan nyata bagi Muhammad dan para pengikutnya. Ia menandai garis
pembatas antara orang beriman yang keimanannya dibuktikan dengan kepercayaan
mereka pada Nabi dan misinya, dan orang lain yang dibuat terperanjat oleh
kemustahilan cerita semacam itu. Seorang utusan Quraisy pergi menemui Abu Bakar
dan menanyakan pendapatnya tentang temannya yang gila dan konyol itu, tapi
jawabannya yang langsung dan terang-terangan mengejutkan mereka: “jika ia
berkata seperti itu, hal itu tidak lain adalah sebuah kebenaran.” Keimanan dan
kepercayaan Abu Bakar begitu besar sehingga sedikitpun ia tidak terguncang. Setelah
itu ia langsung menemui Nabi dan menanyakan hal itu, yang Nabi kemudian
membenarkannya. Lalu Abu Bakar dengan tegas mengatakan “ Aku percaya padamu,
engkau selalu berkata benar”. Sejak saat ituNabi memanggil Abu Bakar dengan
julukannya al-Shiddiq (orang yang dipercaya yang meneguhi kebenaran).[1]
Dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan tentang
peristiwa Isrâ dan Mi’râj yang sangat fenomenal ini, disertai dengan
hadits-hadits yang menjelaskan tentang peristiwa
– peristiwa yang dialami Rasulullah SAW ketika beliau di Isrâ dan Di
Mi’râj-kan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Isrâ dan Mi’râj
Isrâ secara
bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna perjalanan di malam hari. Adapun
secara istilah Isrâ ialah perjalanan menakjubkan dimalam hari, yang dimulai dari Masjidil
Haram hingga Masjidil Aqsha di Jerussalem.
Mi’râj secara
bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah Sedangkan Mi’râj ialah
perjalanan sesudah Isrâ, naik ke tujuh petala langit hingga tiba di mustawa,
suatu tempat yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan manusia dan tidak
diketahui hakikatnya oleh siapapun juga selain beliau sendiri. [2]
B.
Kisah
Isrâ
dan Mi’râj Dalam Al-Qur’an
Secara umum, kisah yang
menakjubkan mengenai dua peristiwa perjalanan
tersebut diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam dua surah yang berlainan. Kisah Isrâ
dan hikmahnya diterangkan oleh Al-Qur’an sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)
Sedangkan
kisah Mi’râj diisyaratkan oleh Al-Qur’an seperti dibawah ini:
النَّجْمِ إِذَا هَوَى. مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى. عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى. ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى. وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى. ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى. فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى. مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى. أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى. وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak
sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat
kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan
rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu
bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung
busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya
(Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang
telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya
tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat
Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 1-18)
C. Waktu Terjadinya Isrâ dan Mi’râj
Sebagian orang meyakini
bahwa peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab. Padahal, para ulama ahli
sejarah berbeda pendapat tentang tanggal kejadian kisah ini. Syaikh Shafiyurrahman
Al-Mubarakfuri hafidzahullah menjelaskan Ada beberapa perbedaan
pendapat mengenai penetapan waktu terjadinya Isrâ dan Mi’râj
, yaitu :
- Peristiwa tersebut terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nubuwah (kenabian). Ini adalah pendapat Imam Ath Thabari rahimahullah.
- Perisitiwa tersebut terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini adalah pendapat yang dirajihkan oleh Imam An Nawawi dan Al Qurthubi rahimahumallah.
- Peristiwa tersebut terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh Bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian. Ini adalah pendapat Al Allamah Al Manshurfuri rahimahullah.
- Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
- Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
- Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas setelah kenabian.
Menurutnya tiga pendapat
pertama tertolak. Alasannya karena Khadijah radhiyallahu ‘anha
meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh setelah kenabian, sementara
ketika beliau meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu. Juga tidak ada
perbedaan pendapat bahwa diwajibkannya shalat lima waktu adalah pada saat
peristiwa Isra’ Mi’raj. Sedangakan tiga pendapat lainnya, aku
tidak mengetahui mana yang lebih rajih. Namun jika dilihat dari kandungan surat
Al Isra’ menunjukkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi
pada masa-masa akhir sebelum hijrah.”[3]
Dapat kita simpulkan dari
penjelasan di atas bahwa Isra` dan Mi’raj tidak diketahui
secara pasti pada kapan waktu terjadinya.
D. Pembahasan
Tentang Hadits-Hadits yang berkenaan Dengan Peristiwa – Peristiwa Yang Dialami
Rasulullah SAW Ketika Beliau Di Isrâ dan Di
Mi’râj-kan
a.
Pembedahan
Pertama Sebelum Kenabian
Seperti yang banyak
diceritakan dalam kitab-kitab sirah, tentang apa yang dialami Rasulullah saw
ketika beliau kecil. Dimana beliau dibelah dadanya oleh Jibril utntuk
mensucikan hati beliau dari keburukan. Dan peristiwa ini berulang lagi ketika
beliau sudah dewasa sebelum beliau di Isrâ dan di Mi’râj-kan. Hal memberikan pertanda bahwa Rasulullah saw memang manusia
pilihan yang telah dijauhkan dari keburukan dan begitu bersih hatinya, sehingga
7 pintu langitpun dibukakan untuknya.
حدثنا
شيبان بن فروخ. حدثنا حماد بن سلمة. حدثنا ثابت البناني عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ
مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ
الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ
ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لَأَمَهُ ثُمَّ
أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي
ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ
مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ
الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ
Dari Anas bin Malik, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam didatangi Jibril Alaihi wa Sallam
ketika beliau bermain bersama anak-anak (sebayanya). Lalu beliau diambil,
kemudian dibedah dadanya. Dikeluarkanlah jantung (qolbu, hati), lalu
dikeluarkan dari jantung itu segumpal darah. Dia (Jibril) berkata: "Ini
adalah bagian setan darimu." Kemudian jantungnya dibasuh dalam bejana emas
dengan Air Zam Zam, lalu dikembalikan ke tempatnya semula. Sementara anak-anak
tadi datang mengabarkan kepada ibunya, yaitu ibu susuannya. Mereka berkata:
"Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh." Kemudian mereka mendatanginya
(Muhammad) dan beliau dalam keadaan berubah kulitnya (menjadi pucat). Anas
berkata: "Dan sungguh aku pernah melihat bekas pembedahan itu di dada
beliau." (HR.Muslim) [4]. Perkataan Anas tentang bekas
pembedahan inilah yang mungkin sekarang dikenal sebagai jaringan parut.
b.
Peristiwa
Ketika Isrâ
1.
Pembedahan
Kedua Sesudah Kenabian
Rasulullah saw telah berisrâ dan bermi’râj, tetapi
bagaimanakah caranya? Apakah beliau menhendarai pesawat yang kecepatannya
melebihi kecepatan suara sebagaimana yang diciptakan manusia di zaman mutakhir
ini? Beliau mengendarai “Buraq” yang setiap langkahnya sejauh mata
memandang, seolah-olah ia lari dengan kecepatan cahaya. Kata “Buraq”
berasal dari asal kata “barq” yang berarti kilat, yakni semacam kekuatan arus
listrik, yang secara khusus diciptakan untuk keperluan perjalanan beliau itu.
Akan tetapi, dalam keadaan biasa, tubuh manusia tidak
sanggup menempuh perjalanan dicakrawala secepat kilat menyambar. Untuk itu
pasti diperlukan persiapan khusus untuk melindungi anggota tubuh dalam
perjalanan sejauh dan secepat itu.
Mengenai “pembelahan dada” dan “pencucian hati” bukan
lain adalah perlambang yang menunjukkan persiapan persiapan yang telah
ditetapkan. Kisah Isrâ dan Mi’râj itu sendiri banyak mengandung perlambang yang
tidak dapat dicerna oleh pikiran sederhana. Isrâ dan Mi’râj dialami oleh
Rasulullah saw dalam lingkup diri disaat ruh beliau mencapai daya pancar
(isyraq) tertinggi. Kepadatan jasad beliau telah menjadi sedemikian ringan
sehingga dapat terlepas dari ketentuan hukum alam yang lazim berlaku bagi
manusia biasa.[5]
Cerita “pembelahan dada”, “pencucian hati” dan
diperjalankannya Rasulullah dengan mengendarai “buraq” terdapat dalam hadits
berikut ini:
حدثَنَا
هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ ح و قَالَ لِي
خَلِيفَةُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ وَهِشَامٌ قَالَا
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ
وَذَكَرَ يَعْنِي رَجُلًا بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ فَأُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ
مُلِئَ حِكْمَةً وَإِيمَانًا فَشُقَّ مِنْ النَّحْرِ إِلَى مَرَاقِّ الْبَطْنِ
ثُمَّ غُسِلَ الْبَطْنُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ مُلِئَ حِكْمَةً وَإِيمَانًا
وَأُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ الْبُرَاقُ............................
Qatadah: Telah mengisahi kami Anas
bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah radhiyallahu anhuma, ia telah berkata:
Telah bersabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Ketika aku di al-Bait
(yaitu Baitullah atau Ka'bah) antara tidur dan jaga", kemudian beliau
menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki. "Lalu
didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan
keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut bagian bawah. Lalu
perutku dibasuh dengan Air Zam Zam, kemudian diisi dengan kebijaksanaan
(hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih yang lebih kecil
dari kuda dan lebih besar dari baghal (peranakan kuda dan keledai), yaitu
Buraq.........(HR.Bukhari) [6].
Hadits ini akan dilanjutkan pada bagian Langit Ke-1.
حدثني عبدالله بن هاشم
العبدي. حدثنا بهز بن أسد. حدثنا سليمان بن المغيرة. حدثنا ثابت عن أنس بن مالك
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُتِيتُ فَانْطَلَقُوا بِي إِلَى
زَمْزَمَ ، فَشُرِحَ عَنْ صَدْرِي ، ثُمَّ غُسِلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ، ثُمَّ
أُنْزِلْتُ {حديث
مرفوع}
Dari Anas bin Malik, ia telah
berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Aku didatangi mereka (malaikat),
kemudian mengajakku ke Sumur Zam Zam. Lalu dadaku dibedah, kemudian dibasuh
dengan Air Zam Zam. Lalu aku dikembalikan." (HR.Muslim) [7]
2.
Rasulullah
Mengimami Para Rasul dan Nabi Terdahulu Dalam Shalat Jamaah dan Kemudian
Disodorkan Kepada Beliau SAW Dua Gelas Minuman
Ketika
beliau di Isrâkan ke Baitul Maqdis, beliau bertemu dengan Ibrahim, Musa dan Isa
alaihimus salam, dan juga beberapa Nabi dan Rasul terdahulu yang dikumpulkan
oleh Allah swt untuk menyambut kedatangan beliau. Kemudian beliau mengimami
mereka sholat jama’ah dua rakaat.[8]
Kedudukan
beliau sebagai imam merupakan pengakuan tegas bahwa Islam merupakan risalah
Allah yang terakhir bagi manusia yang dipercayakan kepada Nabi Muhammad saw.
Sedangkan risalah para Nabi terdahulu merupakan landasan bag i risalah terakhir
tersebut. [9]
Kemudian
disodorkan kepada beliau dua gelas minuman berisi khamr dan susu, dan beliau memilih susu. Jatuhnya pilihan
Rasulullah yang memilih susu atas khamr merupakan perlambang bahwasanya Islam
adalah agama yang suci, yaitu agama yang menyatu dalam aqidahnya dan
syari’atnya hal-hal yang sesuai dengan fitrah asli manusia, maka dalam Islam
tidak ada sesuatu yang berlawanan dengan tabi’at asli manusia yang mencintai
hal-hal yang baik. Dan inilah diantara rahasia luasnya penyebaran Islam dan
cepat diterima manusia.[10]
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حُجَيْنُ بْنُ
الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَضْلِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ
فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا
فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ قَالَ فَرَفَعَهُ اللَّهُ لِي
أَنْظُرُ إِلَيْهِ مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ
وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ
يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ
بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ
السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ
فَحَانَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ
قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ
فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ
Dari Abu Hurairah, ia
telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW : Aku telah melihat diriku sendiri dalam sebuah mimpi ketika di hijr,
orang-orang quraisy bertanya kepadaku mengenai perjalanan malamku (pada waktu
isra' & mi'raj, pent). Mereka menanyakan beberapa hal mengenai baitul
maqdis yg belum aku ketahui dgn pasti sehingga aku pun merasakan kesusahan yg
sama sekali belum pernah aku rasakan sebelumnya. Beliau bersabda lagi: Maka
Allah pun mengangkatnya untukku agar aku dapat melihatnya. Dan tidaklah mereka
menanyakan kepadaku melainkan aku pasti akan menjawabnya. Aku telah melihat
diriku bersama sekumpulan para Nabi. Dan sungguh telah
diperlihatkan kepadaku jama'ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri
shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Sanu'ah. Dan ada
pula 'Isa bin Maryam alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Manusia yang paling
mirip dengannya adalah 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim 'alaihi`ssalam
sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian
ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami
mereka. Seusai shalat, ada yang berkata (Jibril): "Wahai Muhammad, ini
adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya!" Akupun menoleh
kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam. (HR.Muslim) [11]
حدثنا
عبدان: حدثنا عبد الله: أخبرنا يونس (ح). وحدثنا أحمد ابن صالح: حدثنا عنبسة:
حدثنا يونس، عن ابن شهاب: قال ابن المسيب: قال أبو هريرة: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ بِإِيلِيَاءَ بِقَدَحَيْنِ مِنْ
خَمْرٍ وَلَبَنٍ فَنَظَرَ إِلَيْهِمَا فَأَخَذَ اللَّبَنَ ، فقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ : " الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
هَدَاكَ لِلْفِطْرَةِ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ ؛ غَوَتْ أُمَّتَكَ " .
Abu
Hurairah telah berkata: Pada malam beliau diisra`kan, disodorkan kepada
Rasulullah SAW dua gelas minuman: khamr (minuman keras) dan susu. Beliaupun
melihat keduanya, lalu mengambil susu. Jibril berkata: "Segala puji bagi
Allah yang telah menunjuki engkau kepada fitrah. Seandainya engkau mengambil
khamr, niscaya binasalah umatmu." (HR.Bukhari)
[12]
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حِينَ أُسْرِيَ بِي لَقِيتُ مُوسَى قَالَ فَنَعَتَهُ فَإِذَا رَجُلٌ
حَسِبْتُهُ قَالَ مُضْطَرِبٌ رَجِلُ الرَّأْسِ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ
قَالَ وَلَقِيتُ عِيسَى قَالَ فَنَعَتَهُ قَالَ رَبْعَةٌ أَحْمَرُ كَأَنَّمَا
خَرَجَ مِنْ دِيمَاسٍ يَعْنِي الْحَمَّامَ وَرَأَيْتُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ وَأَنَا
أَشْبَهُ وَلَدِهِ بِهِ قَالَ وَأُتِيتُ بِإِنَاءَيْنِ أَحَدُهُمَا لَبَنٌ
وَالْآخَرُ خَمْرٌ فَقِيلَ لِي خُذْ أَيَّهُمَا شِئْتَ فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ
فَشَرِبْتُهُ فَقِيلَ لِي هُدِيتَ لِلْفِطْرَةِ أَوْ أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ أَمَا
إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ غَوَتْ أُمَّتُكَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Dari Abu Hurairah, ia telah
berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika aku diisra`kan, aku bertemu
Musa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Dia adalah lelaki, aku
mengira beliau bersabda: Kurus, agak tinggi. Rambutnya ikal, seakan-akan dari
suku Syanu'ah. Beliau bersabda: Dan aku bertemu 'Isa. Dia berkata: Kemudian
beliau menyifatkannya. Beliau bersabda: Tingginya sedang, berkulit kemerahan,
seperti baru keluar dari Dimas, yaitu pemandian. Dan aku telah melihat Ibrahim.
Beliau bersabda: Dan aku adalah keturunannya yang paling mirip dengannya. Beliau
bersabda: Dan disodorkan kepadaku dua gelas minuman. Salah satunya susu, dan
yang lain khamr. Kemudian dikatakan kepadaku: Ambillah yang mana dari keduanya
yang engkau kehendaki! Akupun mengambil susu, kemudian meminumnya. Lalu
dikatakan kepadaku: "Engkau telah ditunjuki kepada fitrah" atau
"Engkau telah menepati fitrah. Adapun sungguh seandainya engkau mengambil
khamr, niscaya binasalah umatmu." (HR.Turmudzi) [13].
Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih."[14]
3.
Beliau
SAW Bertemu Nabi Ibrahim yang Berwasiat Untuk Umat Beliau
Pada malam Rasulullah di Isrâ-kan, Nabi Ibrahim
‘alaihissalam berpesan kepada beliau untuk menyaimpaikan wasiatnya kepada umat
Islam, dan isi wasiat tersebut tercantum dalam hadit berikut :
ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ ثنا
سَيَّارٌ ثنا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
إِسْحَاقَ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ ، عن ابن مسعود
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ
لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي ، فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي
السَّلامَ , وَأَخْبِرْهُمْ
أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ
, وَأَنَّهَا قِيعَانٌ , وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ
اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ " .
Dari Ibnu Mas'ud, ia telah
berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Aku bertemu Ibrahim pada malam aku
diisra'kan. Iapun berkata: "Wahai Muhammad, suruhlah umatmu mengucapkan
salam kepadaku, dan kabarkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya surga subur
tanahnya, manis airnya, dan terhampar luas. Dan bahwasanya tanamannya adalah
(ucapan dzikir) Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu
Akbar." (HR.Turmudzi) [15].
Beliau berkata: Ini adalah hadits hasan gharib
dari sisi ini dari hadits Ibnu Mas'ud.[16]
Dihasankan
Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam ash-Shahihah (I:105)
dengan dua syahid (penguat) dari hadits Ibnu 'Umar dan hadits Abu Ayyub
al-Anshari.
4.
Beliau
SAW Melihat Nabi Musa, Nabi Isa, Dajjal, dan Malaikat Malik
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwasanya
beliau saw telah bertemu dan menjadi imam shalat Musa dan Isa, dan beliau juga
menceritakan bahwasanya beliau melihat malaikat Malik dan juga Dajjal. Ini
merupakan tanda kebesaran Allah yang begitu nyata
وحدثنا علي بن خشرم. أخبرنا عيسى (يعني
ابن يونس). ح وحدثنا عثمان بن أبي شيبة. حدثنا جرير. كلاهما عن سليمان التيمي، عن
أنس. ح وحدثناه أبو بكر بن أبي شيبة. حدثنا عبدة بن سليمان عن سفيان، عن سليمان
التيمي. سمعت أنسا يقول: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى
وَهُوَ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ " ، وَزَادَ فِي حَدِيثِ عِيسَى : مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي
Dari Anas bin Malik, bahwasanya
Rasulullah SAW telah bersabda: "Pada malam aku diisra'kan aku melewati
Musa di gundukan tanah merah ketika dia sedang shalat di dalam kuburnya." (HR.Muslim) [17]
حدثنا محمد بن بشار: حدثنا غندر: حدثنا
شعبة، عن قتادة. وقال لي خليفة: حدثنا يزيد بن زريع: حدثنا سعيد، عن قتادة، عن أبي
العالية: حدثنا ابن عم نبيكم، يعني ابن عباس رضي الله عنهما،
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (رأيت ليلة أسري بي موسى، رجلا آدم، طوالا جعدا، كأنه من رجال شنوءة، ورأيت عيسى رجلا مربوعا، مربوع الخلق إلى الحمرة والبياض، سبط الرأس، ورأيت مالكا خازن النار، والدجال، في آيات أراهن الله إياه: {فلا تكن في مرية من لقائه}). قال أنس وأبو بكرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم: (تحرس الملائكة المدينة من الدجال).
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (رأيت ليلة أسري بي موسى، رجلا آدم، طوالا جعدا، كأنه من رجال شنوءة، ورأيت عيسى رجلا مربوعا، مربوع الخلق إلى الحمرة والبياض، سبط الرأس، ورأيت مالكا خازن النار، والدجال، في آيات أراهن الله إياه: {فلا تكن في مرية من لقائه}). قال أنس وأبو بكرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم: (تحرس الملائكة المدينة من الدجال).
Dari Abu al-'Aliyah: Telah
mengisahi kami sepupu Nabi kalian, yaitu Ibnu 'Abbas radhiya`llahu 'anhuma,
dari Nabi SAW, beliau telah bersabda: "Pada malam aku diisra'kan aku telah
melihat Musa, seorang lelaki berkulit sawo matang, tinggi kekar, seakan-akan
dia adalah lelaki Suku Syanu'ah. Dan aku telah melihat 'Isa, seorang lelaki
bertinggi sedang, berambut lurus. Dan aku juga telah melihat Malaikat Penjaga
Neraka dan Dajjal" termasuk ayat yang telah diperlihatkan Allah kepada
beliau. {maka janganlah kamu ragu tentang pertemuan dengannya (yaitu Musa)
(as-Sajdah, 32: 23)}.Dari Anas dan Abu Bakrah, dari Nabi SAW: "Malaikat-malaikat
kota Madinah berjaga-jaga dari Dajjal." (HR.Bukhari) [18]
5.
Beliau
SAW Melihat Gambaran Para Nabi dan Umatnya
Pada
malam Isrâ, beliau saw juga melihat gambaran para Nabi dan Umatnya. Diantara
mereka ada yang mempunyai banyak pengikut dan ada pula yang tidak sama sekali.
Beliau melewati kelompok yang besar, yaitu Musa dan kaumnya. Kemudian beliau
juga melihat ada kelompok besar yang memenuhi ufuk dari dua penjuru, lalu
dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umatmu dan yang lainnya adalah kelompok
dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk
surga tanpa hisab (perhitungan amal).
حدثنا حصين عبد الله بن
أحمد بن يونس كوفي, حدثنا عبثر بن قاسم, حدثنا حصين هو ابن عبد الرحمن, عن سعيد بن
جبير عن ابن عباس قَالَ : " لَمَّا
أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَمُرُّ
بِالنَّبِيِّ وَالنَّبِيَّيْنِ وَمَعَهُمُ الْقَوْمُ وَالنَّبِيِّ
وَالنَّبِيَّيْنِ وَمَعَهُمُ الرَّهْطُ وَالنَّبِيِّ وَالنَّبِيَّيْنِ وَلَيْسَ
مَعَهُمْ أَحَدٌ حَتَّى مَرَّ بِسَوَادٍ عَظِيمٍ ، فَقُلْتُ
: مَنْ هَذَا ؟ قِيلَ
: مُوسَى وَقَوْمُهُ ، وَلَكَنِ ارْفَعْ رَأْسَكَ
فَانْظُرْ ، قَالَ : فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ قَدْ سَدَّ الْأُفُقَ مِنْ ذَا
الْجَانِبِ وَمِنْ ذَا الْجَانِبِ ، فَقِيلَ : هَؤُلَاءِ أُمَّتُكَ وَسِوَى
هَؤُلَاءِ مِنْ أُمَّتِكَ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ
حِسَابٍ فَدَخَلَ ، وَلَمْ يَسْأَلُوهُ وَلَمْ يُفَسِّرْ لَهُمْ ، فَقَالُوا : نَحْنُ
هُمْ ، وَقَالَ قَائِلُونَ : هُمْ أَبْنَاؤُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا عَلَى
الْفِطْرَةِ وَالْإِسْلَامِ ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ : هُمُ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا
يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ، فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ
مِحْصَنٍ فَقَالَ : أَنَا مِنْهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، ثُمَّ
قَامَ آخَرُ فَقَالَ : أَنَا مِنْهُمْ ؟ فَقَالَ : سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ " , قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ ، وفي
الباب عن ابْنِ مَسْعُودٍ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ .
Dari Ibnu Abbas, ia telah
berkata: Ketika Nabi SAW diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa
nabi, dan bersama mereka ada banyak orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi,
dan bersama mereka beberapa orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan
bersama mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar.
Aku berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan
tetapi angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang
memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh
Jibril): “Mereka adalah umatmu dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu
yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk surga tanpa
hisab (perhitungan amal).” Kemudian beliau masuk (ke kamar beliau) dan mereka
(para sahabat) tidak menanyai beliau dan beliau tidak menerangkan kepada
mereka. Maka mereka berkata: "Kami adalah mereka itu tadi". Dan ada
pula yang berkata: "Mereka adalah anak-anak kami yang lahir dalam fitrah
dan Islam". Kemudian Nabi SAW keluar, lalu bersabda: "Mereka adalah
orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak meruqyah, dan tidak
pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.”
Lantas Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: “Saya termasuk mereka wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya.” Kemudian yang lain lagi berdiri lalu
berkata pula: “Saya termasuk mereka?" Beliau menjawab: “Kamu telah
didahului oleh Ukasyah (dalam bertanya demikian).” (HR.Turmudzi) [19] .
Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih".
Dalam hadits ini terdapat
tambahan seorang sahabat lagi yang mendapat kabar gembira akan masuk surga,
yaitu Ukasyah bin Mihshan.
6.
Beliau
SAW Bertemu Beberapa Kelompok Malaikat dan Mereka Berwasiat Sama Untuk Umat Beliau
Rasulullah menceritakan bahwa beliau juga bertemu
beberapa kelompok malaikat yang berwasiat sama untuk beliau dan umat Islam,
yaitu wasiat untuk berbekam, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits dibawah
ini:
حَدَّثَنَا
جُبَارَةُ بْنُ الْمُغَلِّسِ ، حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ سُلَيْمٍ قَالَ : سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ ،
يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : مَا
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي بِمَلَإٍ ، إِلاَّ قَالُوا : يَا مُحَمَّدُ ، مُرْ
أُمَّتَكَ بِالْحِجَامَةِ.
Dia (Anas) berkata: Telah
bersabda Rasulullah SAW: "Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada
malam aku diisra`kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad, suruhlah umatmu
berbekam." (HR.Ibnu Majah)[20]. Disahihkan Muhammad
Nashiruddin Al-Albani dalam Shahih al-Jami` (II: 5671), dan Takhrij
al-Misykat (4544).
حدثنا
نصر بن علي الجهضمي. حدثنا زياد بن الربيع. حدثنا عباد بن منصور عن عكرمة، عن ابن
عباس؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((مَا
مَرَرْتُ
ليلة أسري بي بِمَلَإٍ
مِنَ الْمَلاَئِكَةِ ، إلا كلهم يقول لي: عَلَيْكَ ، يَا
مُحَمَّدُ!
بِالْحِجَامَةِ)).
Dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya
Rasulullah SAW telah bersabda: "Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat
pada malam aku diisra`kan kecuali tiap mereka berkata kepadaku: Wajib bagimu
wahai Muhammad untuk berbekam."(HR.Ibnu Majah) [21].
Dishahihkan Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam ash-Shahihah (V: 2263) dan
Shahih al-Jami` (II: 5672).
c.
Peristiwa
Ketika Mi'râj
1.
Langit
Ke-1 (ar-Rafî'ah): Rasulullah saw bertemu Adam as
حدثنا هدبة بن خالد: حدثنا همام، عن قتادة. وقال لي
خليفة: حدثنا يزيد بن زريع: حدثنا سعيد وهشام قالا: حدثنا قتادة: حدثنا أنس بن
مالك، عن مالك بن صعصعة رضي الله عنهما قال:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: ....................................... فَانْطَلَقْتُ مَعَ جِبْرِيلَ حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى آدَمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ ابْنٍ وَنَبِيٍّ
قال النبي صلى الله عليه وسلم: ....................................... فَانْطَلَقْتُ مَعَ جِبْرِيلَ حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى آدَمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ ابْنٍ وَنَبِيٍّ
Sambungan
hadits riwayat Bukhari (no.3207) tentang Pembedahan Kedua Sesudah
Kenabian.........................................”Akupun pergi bersama
Jibril hingga kami mendatangi Langit Dunia. Ada yang bertanya: "Siapa
ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?",
dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia
diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah:
"Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah
tiba". Begitu menjumpai Adam, aku memberinya salam. Diapun berkata:
"Selamat datang untukmu wahai anak dan nabi!".
2.
Langit
Ke-2 (al-Mâ’ûn): Rasulullah saw bertemu Isa dan Yahya as
فَأَتَيْنَا
السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ
قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ
وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى عِيسَى وَيَحْيَى فَقَالَا
مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ
Kemudian kami mendatangi Langit
Kedua. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab:
"Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab:
"Muhammad". Ditanya lagi: "Sudah waktunya ia diutus
kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat
datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Ketika menjumpai
Isa dan Yahya, keduanya berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara
dan nabi!".
3.
Langit
Ke-3 (al-Mazînah): Rasulullah saw bertemu Yusuf as
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الثَّالِثَةَ قِيلَ
مَنْ هَذَا قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ
أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ
فَأَتَيْتُ عَلَى يُوسُفَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ قَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ
وَنَبِيٍّ
Lalu kami mendatangi Langit
Ketiga. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab:
"Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab:
"Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus
kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat
datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Saat
menjumpai Yusuf, aku memberinya salam. Dia berkata: "Selamat datang
untukmu, wahai saudara dan nabi!".
4.
Langit
Ke-4 (azh-Zhahîrah): Rasulullah saw bertemu Idris as
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ قِيلَ
مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ
أُرْسِلَ إِلَيْهِ قِيلَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ
فَأَتَيْتُ عَلَى إِدْرِيسَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ
أَخٍ وَنَبِيٍّ
Lantas kami mendatangi Langit
Keempat. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab:
"Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab:
"Muhammad". Ditanya lagi: "Dan telah waktunya ia diutus
kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat
datang untuknya dan sebaik-baik pendatang telah tiba". Tatkala menjumpai
Idris, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu,
wahai saudara dan nabi!".
5.
Langit
Ke-5 (al-Munîrah): Rasulullah saw bertemu Harun as
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ قِيلَ
مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ
أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ
فَأَتَيْنَا عَلَى هَارُونَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ
أَخٍ وَنَبِيٍّ
Kemudian kami mendatangi Langit
Kelima. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab:
"Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab:
"Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus
kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat
datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Saat kami
menjumpai Harun, aku memberinya salam. Diapun menjawab: "Selamat datang
untukmu, wahai saudara dan nabi!".
6.
Langit
Ke-6 (al-Khalîshah): Rasulullah saw bertemu Musa as
7.
فَأَتَيْنَا
عَلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ قِيلَ مَنْ هَذَا قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ
مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ
الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى مُوسَى فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا
بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَلَمَّا جَاوَزْتُ بَكَى فَقِيلَ مَا أَبْكَاكَ قَالَ
يَا رَبِّ هَذَا الْغُلَامُ الَّذِي بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ
أُمَّتِهِ أَفْضَلُ مِمَّا يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِي
Lantas kami mendatangi Langit
Keenam. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab:
"Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab:
"Muhammad". Dikatakan: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?
Selamat datang untuknya dan sebaik-baik pendatang telah tiba." Ketika
menjumpai Musa, aku memberinya salam. Diapun dia berkata: "Selamat datang
untukmu, wahai saudara dan nabi!". Tatkala aku berlalu, dia menangis
sehingga ditanya: "Apa yang menyebabkanmu menangis?". Dia menjawab:
"Wahai Tuhan, (yang menyebabkanku menangis yaitu) pemuda ini yang diutus
sesudahku. Umatnya yang masuk surga lebih utama daripada umatku yang
memasukinya."
8.
Langit
Ke-7 (al-‘Ajîbah): Rasulullah saw bertemu Ibrahim as
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ السَّابِعَةَ قِيلَ
مَنْ هَذَا قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ
أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ ابْنٍ وَنَبِيٍّ
Lalu kami mendatangi Langit
Ketujuh. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab:
"Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab:
"Muhammad". Dikatakanlah: "Dan telah waktunya ia diutus
kepada-Nya? Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah
tiba." Saat menjumpai Ibrahim, aku memberinya salam. Diapun berkata:
"Selamat datang untukmu, wahai putra dan nabi!".
9.
Bait
al-Makmur : Rasulullah saw bertemu dengan 70.000 malaikat
فَرُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ
فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ
يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا
عَلَيْهِمْ
Tatkala dinaikkan ke Baitul
Makmur, aku menanyai Jibril. Maka ia menjawab: "Ini adalah Baitul Makmur.
Setiap hari di dalamnya shalat tujuh puluh ribu (70.000) malaikat. Jika mereka
telah keluar, mereka tidak akan pernah kembali lagi ke sana sampai yang
terakhir dari mereka."
10. Peristiwa di Sidratul Muntaha : Rasulullah saw melihat
empat sungai
وَرُفِعَتْ
لِي سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلَالُ هَجَرَ
وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الْفُيُولِ فِي أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ
نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ أَمَّا
الْبَاطِنَانِ فَفِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ النِّيلُ وَالْفُرَاتُ
ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ خَمْسُونَ صَلَاةً
Dan aku
dinaikkan ke Sidratul Muntaha yang mana buahnya seperti bejana batu dan daunnya
seperti telinga gajah. Pada akarnya terdapat empat sungai: dua sungai batin dan
dua sungai lahir. Begitu kutanyai Jibril, ia menjawab: "Adapun dua yang
batin (tidak tampak dari dunia) berada di surga, sedangkan dua yang lahir
(tampak di dunia) adalah Nil dan Eufrat." Kemudian aku diwajibkan lima
puluh shalat.
11. Keringanan Kewajiban Shalat dan Saran Musa
Di
sidratul muntaha beliau mendapat kewajiban syari’at shalat 50 shalat dari Allah
swt, namun ketika beliau turun kembali ke langit dunia hingga bertemu Musa as,
ia menyarankan Nabi saw untuk meminta keringanan dari Tuhannya, hingga akhirnya
allah ringankan menjadi 5 shalat
فَأَقْبَلْتُ
حَتَّى جِئْتُ مُوسَى فَقَالَ مَا صَنَعْتَ قُلْتُ فُرِضَتْ عَلَيَّ خَمْسُونَ
صَلَاةً قَالَ أَنَا أَعْلَمُ بِالنَّاسِ مِنْكَ عَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ وَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ
فَسَلْهُ فَرَجَعْتُ فَسَأَلْتُهُ فَجَعَلَهَا أَرْبَعِينَ ثُمَّ مِثْلَهُ ثُمَّ
ثَلَاثِينَ ثُمَّ مِثْلَهُ فَجَعَلَ عِشْرِينَ ثُمَّ مِثْلَهُ فَجَعَلَ عَشْرًا
فَأَتَيْتُ مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَجَعَلَهَا خَمْسًا فَأَتَيْتُ مُوسَى
فَقَالَ مَا صَنَعْتَ قُلْتُ جَعَلَهَا خَمْسًا فَقَالَ مِثْلَهُ قُلْتُ سَلَّمْتُ
بِخَيْرٍ فَنُودِيَ إِنِّي قَدْ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي
وَأَجْزِي الْحَسَنَةَ عَشْرًا وَقَالَ هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ
Saat aku kembali (turun) hingga
menjumpai Musa, ia bertanya: "Apa yang engkau bawa?".Kujawab:
"Aku diwajibkan lima puluh shalat". Ia berkata: "Aku lebih
mengetahui manusia daripadamu. Aku telah berurusan dengan Bani Israil dengan
urusan yang sulit. Dan sesungguhnya umatmu tidak akan mampu. Maka kembalilah
kepada Tuhanmu, kemudian mintalah (keringanan) kepada-Nya." Oleh karena
itu aku kembali. Akupun meminta (keringanan) kepada-Nya sehingga Dia
menjadikannya empat puluh. Kemudian seperti tadi (ketika bertemu Musa), lalu
tiga puluh. Kemudian seperti tadi sehingga Dia jadikan dua puluh. Kemudian
seperti tadi sehingga Dia jadikan sepuluh. Ketika aku bertemu Musa, ia berkata
seperti tadi. Dia pun menjadikannya lima. Tatkala aku bertemu Musa, ia berkata:
"Apa yang engkau bawa?". Begitu kujawab: "Dia jadikan
lima", ia (masih) berkata seperti tadi. Maka aku katakan: "Aku
berserah diri dengan baik", sehingga diserukanlah: "Sesungguhnya Aku
(Allah) telah menetapkan kewajiban-Ku serta meringankan hamba-Ku, dan Aku akan
memberi pahala kebajikan sepuluh kalinya." (HR al-Bukhari) [22]
(3207)
12. Pertemuan Nabi saw Dengan Tuhannya
Mengenai
pertemuan Nabi saw dengan Allah, bahwasanya dia tidak melihat Tuhannya secara
langsung, namun yang dia lihat hanya cahaya bukan wujud Allah sesungguhnya,
yang tak seorangpun mengetahui seperti apa wujud Allah tersebut.
حدثنا أبو بكر
بن أبي شيبة. حدثنا وكيع عن يزيد بن إبراهيم، عن قتادة، عن عبدالله بن شقيق،عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ رَأَيْتَ
رَبَّكَ قَالَ نُورٌ أَنَّى أراه
Dari Abi Dzar ia berkata: aku
bertanya kepada Rasulullah saw apakah engkau melihat Tuhanmu? Beliau menjawab :
“ cahaya sesungguhnya yang aku lihat”(H.R.Muslim) [23]
13. Peristiwa di Surga
Ketika Nabi di Mi’rajkan, beliau berkesempatan
berjalan-jalan di surga, dan beliau melihat al-Kautsar yang dipinggirannya
terdapat kubah-kubah dari rangkaian mutiara dan tanah juga debunya semerbak
harum kesturi
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ
قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و
حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الْجَنَّةِ إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ
حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ الْمُجَوَّفِ قُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ
هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ فَإِذَا طِينُهُ أَوْ طِيبُهُ مِسْكٌ
أَذْفَرُ شَكَّ هُدْبَةُ
Dari Anas
bin Malik, dari Nabi saw, beliau telah bersabda: Ketika aku jalan-jalan di
Surga, aku mendekati sungai yang di kedua bantarannya terdapat kubah-kubah dari
rangkaian mutiara. Aku bertanya: "Apa ini wahai Jibril?" Ia menjawab:
"Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Tuhanmu kepadamu." Maka
ingatlah (ketahuilah) oleh kalian bahwa tanahnya atau debunya adalah kesturi
yang harum semerbak.(HR.Bukhari) [24].
14. Peristiwa di Neraka
Saat Nabi
saw melewati neraka, beliau melihat orang-orang yang didunia suka menumpuk
harta dan berghibah, dan beliau juga melihat siksaan apa yang mereka alami
karena perbuatan mereka tersebut.
حدثنا ابن المصفَّى، ثنا بقية وأبو المغيرة قالا: ثنا
صفوان قال: حدثني راشد بن سعد، وعبد الرحمن بن جبير، عَنْ
أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا
عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ
وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ:
هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
قال أبو داود: وحدثناه يحيى بن عثمان عن بقية ليس فيه أنس.
قال أبو داود: وحدثناه يحيى بن عثمان عن بقية ليس فيه أنس.
Dari Anas bin Malik, ia telah
berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Ketika aku
dimi'rajkan [Tuhanku yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi], aku melewati suatu
kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakari wajah-wajah dan
dada-dada mereka. Aku bertanya: "Siapa mereka wahai Jibril?" Ia
menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan
menumpuk-numpuk harta." (HR.Abu Dawud)[25]. Menurut Muhammad
Nashiruddin Al-AlBani hadits ini shahih lighairih[26]
dalam ash-Shahihah (II: 533) dan Shahih at-Targhib (III: 2839). Sebelumnya
dalam Takhrij al-Misykat (III: 5046) beliau belum menetapkan derajatnya.
D.
Peristiwa
Sepulang Isra Mi'raj
1.
Isra
Mi'raj merupakan ujian keimanan bagi manusia
Banyak yang meragukan kebenaran cerita Rasulullah
tentang Isrâ dan Mi’râj, padahal peristiwa ini benar-benar beliau alami secara
nyata dengan jasad dan ruh, sehingga ini menjadi ujian keimanan bagi manusia
untuk mempercaiyainya
حَدَّثَنَا
الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا عَمْرٌو عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي
أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ قَالَ هِيَ رُؤْيَا عَيْنٍ أُرِيَهَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ إِلَى
بَيْتِ الْمَقْدِسِ قَالَ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ قَالَ هِيَ
شَجَرَةُ الزَّقُّومِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
anhuma tentang firman-Nya Ta'ala: "Dan Kami tidak menjadikan penglihatan
yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi
manusia" (al-Isra', 17: 60). Ia berkata: Itu adalah dengan mata yang telah
dilihat Rasulullah SAW pada malam beliau diisra'kan ke Bait al-Maqdis. Ia
berkata: "dan pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur'an", ia berkata:
Itu adalah Pohon Zaqqum. (HR.Bukhari)
[27].
2.
Beliau
SAW Menceritakan Isra Mi'raj dan melihat gambaran Baitul Maqdis
Ketika Nabi saw menceritakan apa yang dialaminya, para
kaum kuffar menantang beliau untuk menggambarkan bentuk Baitul Maqdis. Dan
dengan kebesaran-Nya Allah menampakkan (gambaran Baitul Maqdis) untuknya
حدثنا
عبدان: حدثنا عبد الله: أخبرنا يونس (ح). وحدثنا أحمد ابن صالح: حدثنا عنبسة:
حدثنا يونس، عن ابن شهاب: قال ابن المسيب: قال أبو هريرة: سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمَّا كَذَّبَتْنِي
قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَّى اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ
فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ زَادَ يَعْقُوبُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَمِّهِ لَمَّا
كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ حِينَ أُسْرِيَ بِي إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ نَحْوَهُ
Berkata Abu Hurairah bahwa ia
mendengar Nabi saw berkata: “Ketika Suku Quraisy mendustakanku [ketika aku diisrakan
ke Baitul Maqdis, aku berdiri di al-Hijr. Kemudian Allah menampakkan Baitul
Maqdis bagiku. Akupun menerangkan kepada mereka tentang ciri-cirinya sementara
aku melihat (penampakan) itu”. Ya'qub bin Ibrahim menambahkan; Telah menceritakan
kepada kami anak saudaraku yaitu Ibnu Syihab dari pamannya; Tatkala orang-orang
Quraisy mendustakanku pada hari aku diisra'kan ke baitul maqdis -dengan Hadits
yg serupa (HR.Bukhari) [28]
Redaksi di atas juga diriwayatkan oleh Ahmad, al-Baihaqi, at-Tirmidzi, dan
an-Nasai dari Jabir.
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ
بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حُجَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ
وَهُوَ ابْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْفَضْلِ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ
وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ
الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ
قَالَ فَرَفَعَهُ اللَّهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ
إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ...........................
Dari Abu Hurairah, ia telah berkata:
Telah bersabda Rasulullah : "Sungguh aku telah melihat diriku sendiri
dalam sebuah mimpi ketika di hijr, dan orang-orang Quraisy menanyaiku tentang perjalanan
malamku (isra). Mereka menanyaiku tentang hal-hal dari Baitul Maqdis yang tidak
kuperhatikan. Maka akupun gelisah dengan kegelisahan yang belum pernah
kurasakan sebelumnya." Beliau bersabda: "Kemudian Allah menampakkan
(gambaran Baitul Maqdis) untukku sehingga aku melihat kepadanya. Tidaklah aku
ditanya tentang sesuatupun (mengenai Baitul Maqdis) kecuali aku kabarkan hal
itu kepada mereka............................ " (H.R.Muslim) [29] lanjutan hadits ini telah di
bahas pada pembahasan tentang Rasulullah mengimami para Rasul dan Nabi
terdahulu dalam shalat jama’ah.
3.
Abu Bakar
memperoleh julukan ash-Shiddiq
Sekembalinya Nabi saw dari perjalanan Isrâ dan Mi’râj,
kemudian beliau menceritakannya kepada para sahabat dan penduduk Mekkah, namun
kebanyakan kaum kafir ini mendustakannya. Menyikapi pengingkaran kaum kafir
ini, Abu Bakar menyatakan bahwa ia membenarkan apa yang diceritakan Rasulullah
sehingga akhirnya ia deberi gelar as-Siddiq oleh Rasulullah
أخبرني
مكرم بن أحمد القاضي ثنا إبراهيم بن الهيثم البلدي ثنا محمد بن كثير الصنعاني ثنا
معمر بن راشد عن الزهري عن عروة عن عائشة رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : " لَمَّا
أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِلَى
الْمَسْجِدِ الأَقْصَى أَصْبَحَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ بِذَلِكَ ، فَارْتَدَّ نَاسٌ
فَمَنْ كَانَ آمَنُوا بِهِ وَصَدَّقُوهُ ، وَسَمِعُوا بِذَلِكَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، فَقَالُوا : هَلْ لَكَ إِلَى
صَاحِبِكَ يَزْعُمُ أَنَّهُ أُسْرِيَ بِهِ اللَّيْلَةَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ ،
قَالَ : أَوَ قَالَ ذَلِكَ ؟ قَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : لَئِنْ كَانَ قَالَ
ذَلِكَ لَقَدْ صَدَقَ ، قَالُوا : أَوَ تُصَدِّقُهُ أَنَّهُ ذَهَبَ اللَّيْلَةَ
إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَجَاءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، إِنِّي
لأَصُدِّقُهُ فِيمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِ السَّمَاءِ
فِي غُدْوَةٍ أَوْ رَوْحَةٍ ، فَلِذَلِكَ سُمَيَّ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقَ " . هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ
الإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha :
Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan
hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan
beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu.
Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya
dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab:
"Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab:
"Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur."
Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam
tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab:
"Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku
membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun
sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang
yang membenarkan). (HR al-Hakim) [30]
Shahih lighairih menurut Muhammad Nashiruddin Al-AlBani dalam ash-Shahihah (I: 306).
E. Hikmah Terjadinya Isra`
Apakah hikmah terjadinya Isra`,
kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak Mi’raj
langsung dari Mekkah padahal hal tersebut memungkinkan? Para ulama menyebutkan
ada beberapa hikmah terjadinya peristiwa Isra`, yaitu:
1. Perjalanan
Isra’ di bumi dari Mekkah ke Baitul Maqdis lebih memperkuat hujjah
bagi orang-orang musyrik. Jika beliau langsung Mi’raj ke langit,
seandainya ditanya oleh orang-orang musyrik maka beliau tidak mempunyai alasan
yang memperkuat kisah perjalanan yang beliau alami. Oleh karena itu
ketika orang-orang musyrik datang dan bertanya kepada beliau, beliau
menceritakan tentang kafilah yang beliau temui selama perjalanan Isra’.
Tatkala kafilah tersebut pulang dan orang-orang musyrik bertanya kepada mereka,
orang-orang musyrik baru mengetahui benarlah apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
2. Untuk
menampakkan hubungan antara Mekkah dan Baitul Maqdis yang keduanya merupakan
kiblat kaum muslimin. Tidaklah pengikut para nabi menghadapkan wajah mereka
untuk beribadah keculali ke Baitul Maqdis dan Makkah Al Mukarramah. Sekaligus
ini menujukkan keutamaan beliau melihat kedua kiblat dalam satu malam.
3. Untuk
menampakkan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan
para nabi yang lainnya. Beliau berjumpa dengan mereka di Baitul Maqdis lalu beliau
shalat mengimami mereka. [31]
F. Faedah Kisah
Kisah
yang agung ini sarat akan banyak faedah, di antaranya :
1. Kisah
Isra’ Mi’raj termasuk tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah ‘Azza
wa Jalla.
2. Peristiwa
ini juga menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
di atas seluruh nabi dan rasul’alaihimus shalatu wa salaam
3. Peristiwa
yang agung ini menunjukkan keimanan para sahabat radhiyallahu’anhum. Mereka
meyakini kebenaran berita tentang kisah ini, tidak sebagaimana perbuatan
orang-orang kafir Quraisy.
4. Isra` dan Mi’raj terjadi
dengan jasad dan ruh beliau, dalam keadaan terjaga. Ini adalah pendapat jumhur
(kebanyakan) ulama, muhadditsin, dan fuqaha, serta inilah
pendapat yang paling kuat di kalangan para ulama Ahlus sunnah. Allah Ta’ala
berfirman yang artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)
Penyebutan kata ‘hamba’ digunakan
untuk ruh dan jasad secara bersamaan. Inilah yang terdapat dalam hadits-hadits
Bukhari dan Muslim dengan riwayat yang beraneka ragam bahwa beliau shallallahu
‘alaihi wa salaam melakukan Isra` dan Mi’raj dengan
jasad beliau dalam keadaan terjaga.[32]
BAB
III
KESIMPULAN
Dengan
Isrâ dan Mi’râj Allah memperlihatkan kebesaran-Nya dan tanda-tanda
kekuasaan-Nya kepada Muhammad saw dan kepada seluruh umat manusia. Jumhur ulama
sepakat bahwa perjalanan ini dilakukan dengan ruh dan jasad, oleh karena itu ia
merupakan mukjizat yang sangat nyata, dengannya Allah muliakan Rasulullah saw.
Peristiwa ini juga bisa dikatakan sebagai hadiah dari Allah untuk Rasulullah
saw, dimana ketika itu Rasulullah merasa sangat merasa sedih dan tertekan atas
perlakuan kaum kafir yang mengingkari risalahnya, dimana ia juga telah
ditinggalkan oleh pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah yang selalu menjadi
penyokong dan pembela dakwahnya. Pada saat Mi’râj Rasulullah menerima perintah
sholat langsung dari Tuhannya, berbeda dari syari’at lainnya yang diterimanya
melalui wahyu dan diperantaraoleh Jibril. Ini menegaskan bahwa Sholat adalah
pondasi terpenting dalam Islam, sehingga dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
Sholat adalah tiang agama. Dengan adanya peristiwa Isrâ dan Mi’râj ini,
seyogyanya membuat umat Islam semakin kuat keimanannya dan semakin tak
tergoyahkan karena semakin meyakini bahwa Islam dan seluruh ajarannya merupakan
agama dan ajaran samawiy. Wallahu a’lam.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibnu
Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, (Beirut : Darul Jil)
Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan
Hidup Muhammad, ( Yogyakarta : Mitra Pustaka,Cet.3, 2005)
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi, Fiqhu
As-Sirah An-Nabawiyyah, (Cairo : Darus Salam, cet.6, 1999)
Salim Bahreisy, Sejarah Hidup Nabi-Nabi,
(Surabaya : Bina Ilmu, 1993)
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rakhiq
Al-Makhtum, (Al-Manshurah : Dar Al-Wafa, 2002)
Tariq Ramadan, Muhammad Rasul Zaman Kita,
(Jakarta : Serambi, Cet.1, 2007)
http://muslim.or.id
أبو عيسى محمد بن عيسى بن سورة, سنن الترمدي, القاهرة :
دار الحديث, 2010
أبو عبد الله الحاكم النيسابوري ,المستدرك
على الصحيحين, بيروت : دار الفكر, 1978
الإمام
الحافظ المصنف المتقن أبى داود سليمان بن الأشعث السجستانى الأزدي, سنن أبى
داود, القاهرة:دار الحديث, 1988
الحافظ أبى عبد الله محمد بن يزيد القزونى,
سنن ابن ماجه, القاهرة : دار الحديث
العلامة المدقق أبي عبد الله محمد بن
إسماعيل البخاري, صحيح البخاري, القاهرة : دار الحديث, 2008
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, صحيح مسلم, بيروت :
دار الكتب , 1994
[2] Muhammad
Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, ( Yogyakarta : Mitra
Pustaka,cet.3, 2005), h.157
[3] Shafiyyurrahman
Al-Mubarakfury, Ar-Rakhiq Al-Makhtum, (Al-Manshurah : Dar Al-Wafa,
2002), h.160
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, صحيح مسلم, كتاب الإيمان, باب
الإسراء برسول الله صلى الله عليه و سلم إلى السماوات و فرض الصلوات, بيروت : دار
الكتب , 1994, ج : , ص: 498
[5] Muhammad
Al-Ghazali, op.cit, h.159
[6] Shahih
Bukhari, op.cit, No.3207, kitab permulaan penciptaan, bab penyebutan
malaikat
{العلامة
المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, صحيح البخاري, كتاب بدء
الخلق, باب دكر الملائكة, القاهرة : دار الحديث, 2008, ج : 2, ص : 595}
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, كتاب الإيمان, باب الإسراء برسول الله صلى
الله عليه و سلم إلى السماوات و فرض الصلوات , ج :1 , ص: 500
[8] Lihat Ibnu
Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, (Beirut : Darul Jil), Juz:1, h.243
[9] Muhammad
Al-Ghazali, op.cit, h.161
[10] Lihat Muhammad
Sa’id Ramadhan Al-Buthi, Fiqhu As-Sirah An-Nabawiyyah, (Cairo : Darus
Salam, cet.6, 1999), h.113
[11] Shahih Muslim, op.cit, No.172,
Kitab Iman, Bab Penyebutan Al-Masih Putra Maryam dan Al-Masih Ad-Dajjal
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, كتاب الإيمان, باب دكر المسيح بن مريم و
المسيح الدجال, ج : 1, ص: 536
[12] Shahih Bukhari, op.cit, No.4709, Kitab
Tafsir al-Qur'an, Bab Firmannya “yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram” (al-Isra', 17: 1)}.
العلامة المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, كتاب بدء
الخلق, باب دكر الملائكة, ج : 3, ص : 414
[13] Sunan Turmudzi, op.cit, No.3130, Kitab Tafsir al-Qur`an dari Rasulullah, Bab Dan
Dari Surah Bani Isra`il
آبو عيسى محمد بن عيسى بن سورة, سنن الترمدي, القاهرة : دار الحديث,
2010 كتاب تفسير القرآن, باب و
من سورة بني إسرائيل, ج: 5, ص:145
[14] hadits hasan shahih:
Para ulama’ telah menjawab maksud dari pernyataan Tirmidzi dengan jawaban
yang bermacam-macam. Yang terbaik adalah pernyataannya al-Hafidh Ibnu
Hajar yang disetujui oleh as-Suyuthi, ringkasannya sebagai berikut :
a) Jika haditsnya mempunyai dua buah sanad atau lebih, maka berarti hadits tersebut adalah hasan menurut shahih satu sanad, dan shahih menurut sanad lainnya.
b) Jika haditsnya mempunyai satu sanad, maka berarti hadits tersebut adalah hasan menurut satu kelompok, dan shahih menurut kelompok lainnya.
a) Jika haditsnya mempunyai dua buah sanad atau lebih, maka berarti hadits tersebut adalah hasan menurut shahih satu sanad, dan shahih menurut sanad lainnya.
b) Jika haditsnya mempunyai satu sanad, maka berarti hadits tersebut adalah hasan menurut satu kelompok, dan shahih menurut kelompok lainnya.
[15] Sunan Turmudzi, op.cit, No.3462, Kitab
Doa-Doa dari Rasulullah, Bab Dalil tentang Keutamaan Tasbih, Takbir, Tahlil,
dan Tahmid
آبو عيسى محمد بن عيسى بن سورة, كتاب الدعوات,
باب ما جاء فى فضل التسبيح و التكبير و التهليل و التحميد, ج:5, ص:332
[16] hadits hasan gharib: hasan (bagus)
secara sanad dan gharib (asing) disebabkan karena salah seorang perawinya
menyendiri, baik menyendiri secara mutlak maupun secara nisbi.
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, كتاب الفضائل, باب من فضل موسى, ج : 8, ص:
138
العلامة المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, كتاب بدء
الخلق, باب دكر الملائكة, ج : 2, ص : 607
آبو عيسى
محمد بن عيسى بن سورة, كتاب صفة القيامة و الرقائق و الورع, باب ما جاء فى صفة
أوانى الحوض, ج: 4, ص:3509
الحافظ أبى عبد الله محمد بن يزيد القزونى, سنن ابن ماجه, كتاب
الطب, باب الحجامة, القاهرة : دار الحديث, ج:3, ص:2299
[22] Shahih
Bukhari, op.cit, No.3207, kitab permulaan penciptaan, bab penyebutan
malaikat
{العلامة
المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, كتاب بدء الخلق, باب دكر الملائكة,
ج : 2, ص : 595}
[23] Shahih Muslim,
op.cit, No.178, KitabIman, Bab perkataan Rasulullah cahaya sesungguhnya
yang aku lihat
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, كتاب الإيمان, باب فى قوله صلى الله عليه و
سلم نور أنى أراه, ج : 1, ص: 546
العلامة المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, كتاب الرقاق,
باب فى الحوض, ج : 4, ص : 336
الإمام الحافظ المصنف المتقن أبى داود سليمان بن الأشعث السجستانى الأزدي, سنن
أبى داود, القاهرة:دار الحديث, 1988, كتاب الأدب, باب الغيبة, ج: 4, ص:721
[26] shahih lighairih : hadits yang
tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih diatas secara sempurna, atau hadits
yang keshahihannya ada faktor lain, karena tidak memenuhi syarat secara
maksimal. Misalnya perawinya yang ‘adil tidak sempurna kedhabitannnya.
Kedhabitan seorang rawi yang kurang sempurna, menjadikan hadits shahih
lidzatihi turun nilainya menjadi hadits hasan lidzatihi. Akan tetapi jika
kekurang sempurnaan rawi tentang kedhabitannya itu dapat ditutup, misalnya
hadits hasan lidzatihi tersebut mempunyai sanad lain yang lebih dhabit, naiklah
hadits hasan lidzatihi ini, menjadi hadits shahih lighairihi
العلامة المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, كتاب مناقب
الأنصار, باب المعراج, ج : 3, ص : 95
العلامة المدقق أبي عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري, صحيح البخاري,
كتاب مناقب الأنصار, باب حديث الإسراء, , ج : 3, ص : 93
[29] Shahih Muslim,
op.cit, No.172, Kitab Iman, Bab Penyebutan al-Masih bin Maryam dan al-Masih ad-Dajjal
مسلم بن حجاج القشيري النيسابوري, كتاب الإيمان, باب دكر المسيح بن مريم و
المسيح الدجال, ج : 1, ص: 536
[30] Mustadrak
Al-Hakim, No.49141,Kitab mengenal sahabat .ra, Bab Abu Bakar As-Shiddiq Ibnu
Abi Quhafah.ra
أبو عبد الله الحاكم النيسابوري ,المستدرك على الصحيحين, بيروت
: دار الفكر, 1978,كتاب معرفة الصحابة رضي الله عنهم, باب أبو بكر الصديق بن أبى
قحافة رضي الله عنهما
,
[31] Lihat Muhammad
Al-Ghazali, op.cit, h.163-165
Assalamu'alaikum wr wb.
BalasHapusHADITS-HADITS TENTANG ISRA DAN MIRAJ NABI MUHAMMAD SAW
Penulisnya maaf siapa Mas Ahmad ...
Izin save mas...
BalasHapus